Sabtu, 12 Mei 2012

Pola Asuh Orang Tua

Tulisan ini saya persembahkan bagi guru bimbingan dan konseling di sekolah dan para orang tua di rumah. Walau tak banyak saya harap ini bisa berguna bagi Anda semua. Amin.

Tentu kita semua tahu pola asuh orang tua mempengaruhi kepribadian dan perilaku anak. Para ahli selama ini ( Gunarsa dan Gunarsa, 1995; Helm dan Turner, 1995; Papalia, Olds dan Feldman, 1998) mengemukakan bahwa pola asuh orang tua amat mempengaruhi kepribadian dan perilaku anak. Baumrind, ahli psikologi perkembangan membagi pola asuh orang tua menjadi 3 yakni otoriter, permisif, dan demokratis.

  1.  Pola asuh orang tua otoriter (Parent Oriented). Ciri-ciri dari pola asuh orang tua ini, menekankan segala aturan orang tua harus ditaati oleh anak. Orang tua bertindak semena-mena, tanpa dapat dikontrol oleh anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa yang diperintahkan oleh orang tua. Dalam hal ini, anak seolah-olah menjadi "robot", sehingga ia kurang inisiatif, merasa takut, tidak percaya diri, pencemas, rendah diri, minder dalam pergaulan; tetapi disisi lain, anak bisa memberontak, nakal, atau melarikan diri dari kenyataan, misalnya dengan menggunakan narkoba. Dari segi positifnya, anak yang dididik dalam pola asuh ini, cenderung akan menjadi disiplin yakni menaati peraturan. Akan tetapi bisa jadi, ia hanya mau menunjukkan kedisiplinan di hadapan orang tua, padahal dalam hatinya berbicara lain, sehingga ketika di belakang orang tua, anak bersikap dan bertindak lain. Hal itu tujuannya semata hanya untuk menyenangkan hati orang tua. Jadi anak cenderung memiliki kedisiplinan dan kepatuhan yang semu.
  2. Pola asuh permisif. Sifat pola asuh ini, children centered yakni segala aturan dan ketetapan keluarga di tangan anak. Apa yang dilakukan anak diperbolehkan orang tua. Orang tua menuruti segala kemauan anak. Anak cenderung bertindak semena-mena, tanpa pengawasan orang tua. Ia bebas melakukan apa saja yang diinginkan. Dari sisi negatif lain, anak kurang disiplin dengan aturan-aturan sosial yang berlaku. Bila anak mampu menggunakan kebebasan tersebut secara bertanggung jawab, maka anak akan menjadi seorang yang mandiri, kreatif, inisiatif, dan mampu mewujudkan aktualisasinya.
  3. Pola asuh demokratis. Kedudukan antara orang tua dan anak sejajar. Suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus dibawah pengawasan orang tua dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral. Orang tua dan anak tidak dapat berbuat semena-mena. Anak diberi kepercayaan dan dilatih untuk mempertanggungjawabkan segala tindakannya. Akibat positif dari pola asuh ini, anak akan menjadi individu yang mempercayai orang lain, bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakannya, tidak munafik, jujur. Namun akibat negatif, anak akan cenderung merongrong kewibawaan otoritas orang tua, kalau segala sesuatu harus dipertimbangkan antara anak-orang tua.
  4. Pola asuh situasional. Dalam kenyataannya, seringkali pola asuh tersebut tidak diterapkan secara kaku, artinya orang tua tidak menerapkan salah satu tipe pola asuh tersebut. Ada kemungkinan orang tua menerapkan secara fleksibel, luwes, dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berlangsung saat itu. Sehingga seringkali muncullah, tipe pola asuh situasional. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini, tidak berdasarkan pada pola asuh tertentu, tetapi semua tipe tersebut diterapkan secara luwes.
Dari model pola asuh di atas, mana yang dianggap efektif dan efisien untuk menghadapi kehidupan dalam keluarga? Pertanyaan ini sulit dijawab secara pasti, karena masing-masing keluarga memiliki karakteristik masalah yang berbeda atau tidak sama. Oleh karena itu, tergantung orang tua yang menghadapi masalah dalam keluarganya sendiri. Adakalanya, orang tua menggunakan pola otoriter, tetapi adakalanya orang tua menerapkan pola permisif atau demokratis. Dengan demikian, secara tidak langsung, tidak ada jenis pola asuh yang murni diterapkan dalam keluarga yang bersangkutan. Inilah yang akan mengarah pada pola asuh situasional.      

Sumber: Agoes Dariyo, Psi. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Ghalia Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar